Rabu, 02 Mei 2012

Pojok Iseng



Pojok Iseng
Belum Lama iNi
Terkadang orang mengira kita gila, terkadang orang mengira apa saja seenak mulut mereka. Tapi tetaplah berjalan sesuai dengan kata hatimu. Bukankah dunia ini tidak dibatasi oleh mulut-mulut mereka yang asal bicara ? hahahahaha...
Selam sejahtera buat sahabat-sahabat BLOG. Saya kembali lagi di dunia kecil ini untuk mencari batas yang sesungguhnya. Karena kata Darsi “Dunia kecil ini tak terbatas” tapi saya tak percaya.
Eh, siapa Darsi? Mau tau saja.

Kamis, 26 April 2012

Menyoal Kekerasan dalam Rumah Tangga



Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bukanlah fenomena baru dalam keluarga, sejak awal penciptaan manusia hal semacam ini sudah terjadi. Tetapi KDRT bukanlah sebuah takdir atau kodrat, hukum alam atau fenomena alamiah yang dianggap memang seharusnya dan biasa terjadi dalam rumah tangga dan harus diterima dengan lapangdada. Terlalu naïf jika masih ada yang berfikir seperti itu. KDRT disebabkan oleh ulah manusia sendiri oleh egoisme personal, konflik antarperonal dalam keluarga, dan tatanan nilai-nilai adat atau kebiasaan.
Dalam temuan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (PPTP2A), Kota Denpasar cukup mengejutkan, selama periode 2011 ditemukan sebanyak 239 kasus (Bali Express, 24/4). Temuan P2A, Kota Denpasar ini, berbanding terbalik dengan  wacana selama yang menyebutkan masalah ekonomi adalah faktor utama terjadinya KDRT dan meningkatkanya perceraian atau broken home. Karena pada kenyataannya ekonomi adalah salah satu faktor terpenting dalam keluarga, jika kebutuhan hidup sehari-hari sudah terpenuhi sangat jarang sekali dalam keluarga terjadi konflik yang disebabkan oleh kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan.

Sabtu, 14 April 2012

Mencegah Konflik Sosial

Munculnya berbagai tindak kerusuhan dan tindakan anarkis akhir-akhir ini justru telah  disemangati oleh api reformasi yang diterjemahkan secara ”membabi buta” yang terwujud sebagai euforia demokrasi  Jika dirinci beberapa faktor  penyebab timbulnya konflik antaretnik dan antaragama di Indonesia itu antara lain: ketegasan identitas kelompok, derajat kohesi dan mobilisasi kelompok, kontrol  represif oleh kelompok-kelompok dominan.
Di berbagai daerah timbul konflik, bahkan kerap konflik tersebut bermuara pada persinggungan agama. Persoalan ini semakin krusial karena terdapat serangkaian kondisi sosial yang menyuburkan konflik, sehingga kebersamaan dalam membangun negeri ini menghadapi tantangan. Selain itu, kebanggaan terhadap kerukunan yang dirasakan selama bertahun-tahun mengalami degradasi, bahkan menimbulkan kecemasan terjadinya disintegrasi.

Senin, 26 Maret 2012

Kritik Sastra Katrin Bandel



Tahun-tahun terakhir ini, dunia sastra Indonesia geger dengan datangnya dua isu “perempuan” dan seks. Isu perempuan dan seks dalam arti pengarang perempuan yang semakain menjamur, maupun isu tentang seks sebagai tema karya sastra yang sedang ngetren sekarang ini. Meskipun tergolong muda tidak sedikit dari mereka (pengarang perempuan) mendapatkan penghargaan sastra dari pengamat dan kritikus sastra dan Klaim-klaim sebagai pendobrak tabu dan lain sebagainya.
Katrin Bandel dalam buku kumpulan esei-eseinya yang berjudul Sastra, Perempuan, Seks mencoba merespon klaim-klaim yang selama ini yang cenderung memuja-muja pengarang perempuan, sebagai penulis hebat, baru atau sebagai “sastrawangi” dan lain sebagainya. Benarkah karya mereka demikian hebat sehingga pantas dihebohkan seperti itu?

Mengungkap Potret Buram Sejarah PKI

Tulisan ini sudah pernah di terbitkan Kotan Harian Bernas Jogja 


Meletusnya tragedi berdarah paling mengerikan dalam lembaran sejarah Indonesia yang mengakibatkan hilangnya jutaan nyawa samapai sekarang masih menjadi kontroversi yangt semakin melebar. Tragedi yang sering disebut Pemeberontakan Gerakan 30 September 1965 (G-30-S) masih belum jelas siapa dalang dibalik tragedi itu.
Setiap kali membaca sejarah G-30-S, semua memusatkan pada Partai Komunis Indonesia (PKI), yang menjadi terdakwa sebagai dalangnya. Mungkin kita akan skeptis, merasa heran dan terkejut, ketiaka ada sebuah analisis gerak sejarah, serta sisipan analisis dan data yang tergolong baru dan langka, bahkan tidak kita temukan dalam discourse dan wacana “resmi ” yang kita nikmati selama ini, yang menagtakan bahwa dalang dalam tragedi berdarah sebenarnya bukan PKI.